Masuknya nama Indonesia dalam Top 10 negara yang wajib dikunjungi versi Lonely Planet merupakan kesempatan besar bagi industri pariwisata di tanah air. Beragam alasan para ahli memilih Indonesia untuk masuk dalam 10 negara yang harus dikunjungi. Mulai dari memiliki kekayaan alam, ragam budaya, hingga kulinernya.
Selain itu, pada kebijakan Pemerintah Indonesia memberikan akses Bebas Visa Kunjungan (BVK) untuk 169 negara di dunia, juga dipuji. Sebagai buktinya, sampul majalah traveling   Best in Travel 2019 tersebut adalah Pura Ulun Danu di Bali.
Industri pariwisata Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir berkembang pesat. Banyak bermunculan destinasi baru yang menawarkan pesona khas. Dari yang berpanorama indah laksana bidadari surga, tempat-tempat yang mengundang selera berpetualang memacu adrenalin, sajian menu khas beraneka rasa dan rupa, serta kerajinan tangan berbagai bahan dasar dan fungsinya. Semua diangkat ke permukaan oleh orang-orang kreatif. Melalui para blogger-traveller, media sosial dan banyak media mainstrean maupun online. Semua berpacu menyajikan yang terbaik.

Sementara itu,  menurut laporan tahunan The World Travel & Tourism Council (WTTC), kekuatan pariwisata Indonesia ditempatkan dalam 10 besar dunia. Tepatnya peringkat 9. 
Tak salah jika pariwisata menjadi sektor unggulan di Indonesia. Ada 300 lebih jenis pekerjaan yang mampu diserap oleh sektor yang terus bertumbuh ini. 
Pesona Indonesia yang demikian kuat dan ditopang orang-orang kreatif di banyak bidang adalah peluang besar bagi generasi milenial mulai mengambil peluang emas tersebut dengan peran-peran yang tak sekadar menantang. Tapi juga menjadikan sukses di masa berlakunya bonus demografi. 


Wonderful Indonesia ada di sepanjang garis pantai yang membentang dari ujung Timur ke Barat. Setelah Bali, Lombok dan sekitarnya yang telah bergaung namanya di seantero jagad raya. Kini saatnya Papua berbenah setelah Raja Ampat terangkat. Banyak potensi destinasi wisata air yang mengundang minat turis manca negara maupun lokal dari kegiatan memancing misalnya. 
Masih banyak spot mancing di alam liar dan laut yang pantas dinominasikan menjadi destinasi wisata berbasis hobi dan petualangan. Destinasi wisata seperti ini justru sangat potensial mengangkat banyak sisi kehidupan dan perekonomian lokal. Para penggila mancing biasanya adalah orang-orang yang tak segan memberi tips finansial maupun fungsional.

Alam Indonesia sebenarnya masih banyak menyimpan sumber daya seperti digambarkan dalam lirik lagu Nusantara -nya Koes Plus. Karena kesuburannya , tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Sebuah perumpamaan yang menyiratkan pesan pelestarian sumber- sumber daya alam. Di tanah Papua, kemungkinan kita menemukan corak destinasi wisata seperti syair lagu itu cukup terbuka. 

Munculnya kota-kota kreatif setelah Bandung dan Jogja yang telah diakui di tingkat Asia memacu tubuh dan berkembangnya pusat-pusat industri kreatif serta destinasi wisata baru baik yang bersifat menyokong maupun terlepas dari derap langkah industri berbasis kreativitas individu itu. Tak heran jika para pemula wirausaha (start-up) banyak bermunculan di sekeliling kota-kota kreatif. 
Di sinilah perlunya sinergi antara beragam pemangku kepentingan selain Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bagi kota/ kabupaten lain yang tengah mengembangkan industri kepariwisataannya, perlu pengkajian mendalam atas fungsi dan peran Dekranasda maupun Dewan Kesenian Daerah. Jika dimungkinkan, Dekranasda masuk dalam manajemen kepariwisataan daerah itu. 

Selama ini, fungsi Dekranasda acapkali sebatas "ruang pamer" industri kreatif, khususnya bidang kerajinan. Sementara itu, ada dinas atau Unit Pelaksana Teknis lain yang bergerak di bidang sama. Sehingga menimbulkan suasana tumpang tindih kebijakan dan inefisiensi anggaran. Hal-hal semacam ini tentu akan menjadi penghambat upaya memaksimalkan potensi daerah. 
Peluang besar ada di depan mata. Sepantasnya kita sambut dengan selalu bersikap positif. Ketimpangan memang tetap harus diangkat agar menjadi bahan pembelajaran bersama. Betapa manusia Indonesia itu berbudaya luhur. Karenanya pantas dikunjungi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Energi Mereka, Daya Hidupku

Agenda Konferensi Ekonomi Kreatif Bali ke SU PBB 2019-Bagian Terakhir

Agenda Konferensi Ekonomi Kreatif Bali 2018 ke SU PBB 2019- Bagian Pertama