Ancaman Sanksi Di Balik Bonus Olahraga


Ada gula, ada semut. Ada bonus, ada sanksi. Ada usaha, ada pencapaian.
Di antara itu, semangat dan yakin diri dalam kerja keras tim akan menjadi jembatan prestasi.

Di dunia olahraga, jembatan prestasi ada di dalam proses pembinaan. Dari pengenalan, pelatihan dasar, pencarian bakat, seleksi berulang kali, penambahan kapasitas teknik maupun taktik berkompetisi serta hal yang sangat penting yakni dukungan lingkungan. Dana dan sistem kompetisi yang memadai untuk memfasilitasi pencapaian prestasi puncak selama ini selalu menjadi kendala pembinaan di tingkat yang paling dasar. Faktor terakhir semestinya menjadi tolak ukur utama untuk menjalankan pola reward and punishment.

Cabang olahraga Bridge memang tidak sepopuler sepakbola, bulutangkis dan lainnya. Banyak tantangan dan hambatan yang menghadang proses pembinaan. Dari mengubah kesan keliru, rentang waktu yang sangat panjang dan banyak hal non teknis yang acapkali membuat proses pembinaan terkesan sangat lamban. Kalau boleh jujur, hanya orang "terpilih" (menggantikan istilah gila) dan berjiwa "petarung" yang konsisten melakukan upaya pembinaan olahraga otak berpasangan ini.





Jangan korbankan masa depan hanya untuk kepentingan sesaat. Sanksi memang penting untuk berbenah ke arah perbaikan dan kebaikan. Apalagi untuk nilai yang setara bonus medali. Terlalu murah dan berkesan arogan.

Membina atlet Bridge perlu rentang waktu yang cukup panjang. Sekadar gambaran, jika mulai dilakukan sejak umur 8 atau 9 tahun (SD Kelas 2 atau 3), agar berprestasi di tingkat nasional perlu waktu sekitar 5 - 10 tahun. Sedangkan di tingkat internasional dengan memperhatikan kondisi saat ini yang sangat kompetitif, kematangan atlet Bridge berada di rentang usia dewasa (25 s.d 40 tahun). Ini bukan prakiraan tapi berdasarkan pengalaman.




Sebagai pembina di daerah miskin apresiasi, saya sangat mendukung rencana Kemenpora melakukan evaluasi total atas pencapaian prestasi semua cabang olahraga yang ikut berkompetisi di ajang #AsianGames2018 . Demikian pula dengan upaya menerapkan pola apresiasi: reward and punishment.

Yang terpenting semua demi masa depan, bukan mengejar kepentingan sesaat. Apalagi sampai memupus harapan anak-anak dan pemilik masa depan negeri ini. Pikirkan mendalam sebelum mengambil keputusan. Sesal selalu datang kemudian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oyek, Nasi Singkong Naik Kelas

Energi Mereka, Daya Hidupku

Agenda Konferensi Ekonomi Kreatif Bali ke SU PBB 2019-Bagian Terakhir